Monday, January 20, 2014

NISA dan Investasi di Pasar Modal Jepang (1)

Saya sudah sedikit menyinggung tentang NISA di tulisan ini. Sebelum membahas tentang NISA saya ingin mengulas sedikit tentang latar belakang dimulainya program NISA oleh pemerintah Jepang.
Menurut data yang saya baca di Nikkei 3 Januari 2014 lalu, nilai aset finansial yang dimiliki individu masyarakat Jepang mencapai lebih dari 1.600 triliun yen. Liat nol-nya bikin pusing saking banyaknya, apalagi dirupiahkan ya! Dari aset sebanyak itu, 54% diantaranya berupa uang tunai dan hanya 14% nya saja yang diinvestasikan dalam surat berharga (8.5 % saham dan 4.7 persen reksadana). Jauh lebih kecil dibanding nilai investasi saham di Amerika Serikat yang mencapai lebih dari 40% (padahal Jepang adalah ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat).

Mengapa uang sebanyak itu dibiarkan "tidur" saja dan tidak diputar untuk lebih menggiatkan ekonomi Jepang? ada banyak faktor yang mungkin menjadi penyebabnya (misalnya tingkat suku bunga yang rendah, hampir mendekati nol dan harga properti yang terus turun sejak pecahnya economic bubble tahun 90-an), tapi yang disoroti di artikel yang saya baca adalah keengganan masyarakat untuk mengambil risiko berinvestasi di pasar modal. Oleh karena itu, untuk mendorong masyarakat berinvestasi, dikeluarkanlah produk keuangan, berupa rekening investasi perorangan NISA yang memiliki beberapa keuntungan, diantaranya bebas pajak (tarif pajak pendapatan dividen sekitar 20%, untuk investasi maksimal 1 juta yen atau sekitar seratus jutaan rupiah per tahun  sampai dengan 5 tahun). Pemerintah menargetkan sampai tahun 2020 masyarakat membuka 15 juta rekenig NISA sehingga dapat menarik dana masyarakat sekitar 250 triliun yen. Program NISA sendiri diberlakukan hingga 2023, lalu akan di-review kesinambungannya. Sambutan masyarakat juga cukup baik, sampai dengan akhir bulan Desember 2013 sudah terdaftar 4 juta rekening NISA yang saat ini dipasarkan oleh sekitar 20 lembaga keuangan.

Mengapa NISA diharapkan dapat mendorong masyarakat mengambil risiko berinvestasi di pasar modal? Karena NISA ditargetkan untuk investor perorangan yang kemungkinan pemain pemula di pasar modal, juga melihat skema NISA yang menetapkan batasan maksimal investasi 1 juta yen setiap tahun maka kemungkinan jenis investasi yang dilakukan adalah investasi jangka menengah hingga jangka panjang yang relatif lebih rendah risikonya. Sulit untuk membayangkan pemegang rekening NISA membidik keuntungan dari transaksi shortselling jangka pendek, karena batasan maksimal akan segera tercapai sehingga dengan otomatis menghilangkan keistimewaan rekening NISA itu sendiri.

Batasan pagu yang cuma bisa dipakai sekali saja selama satu tahun inilah yang menjadi kelemahan NISA. Misalkan dalam satu tahun pemegang rekening NISA menjual seluruh investasinya untuk merealisasikan capital gain (keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual saham), maka uang yang diperoleh tidak dapat langsung diputar kembali menggunakan rekening NISA. Satu lagi kelemahan NISA adalah adanya batasan kepemilikan rekening untuk satu orang saja. Berbeda dengan rekening investasi biasa dimana satu orang boleh memiliki beberapa rekening sekaligus. Tetapi gegap gempita NISA cukup untuk membuat banyak orang tertarik berinvestasi di pasar modal, dan siapa tahu dengan menggunakan segala kemudahan yang ditawarkan program NISA ini banyak para investor baru yang bisa banyak belajar mengukur risiko investasi dengan baik dan dalam jangka panjang bisa "membangunkan" dana-dana tidur yang jumlahnya fantastis itu.

Lalu bagaimana cara para investor individu bertransaksi di pasar modal Jepang? karena tulisan ini saja sudah cukup panjang,  akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya.

0 comments:

Post a Comment